Suparma Sastra Direja: Tokoh PKI Garut dalam Pengasingan Belanda
Sosok pejuang tokoh nasional Partai Komunis Indonesia (PKI) Garut, yaitu Suparma Sastra Direja yang tersingkir dari Indonesia.
Suparma Sastra Direja, lahir di salah satu kecamatan yang ada di Garut, yaitu Tarogong, Jawa Barat. Ayah Suparma merupakan seorang guru sekolah Dasar, yaitu Abdul Sastra Direja, sedangkan ibunya sosok ibu rumah tangga bernama Emi Resmi.
Suparma adalah sosok yang sangat gigih dalam menjaga martabat bangsa Indonesia. Ia berjuang sejak zaman kolonial Belandayang turut melawan Jepang saat berkuasa di Nusantara (Indonesia).
Dalam sejarahnya, ia permah merasakan bagaimana gelapnya tahanan penjara dalam jeruji besi oleh kolonial. Karena saat itu, Suparma menerbitkan sebuah majalah yang isinya dianggap memiliki keresahan dalam menghasut masyarakat.
Namun disamping itu, Amir Sjarifoeddin dan Mohammad Yamin turut membantu membela dalam pengadilan kolonial Belanda di Jakarta. Namun, hal tersebut tetap tidak merubah keputusan ia harus ditahan selama 10 bulan.
Baca juga: Mengenal Husein Mutahar dan Lagu Kemerdekaan
Media yang dibuat oleh Suparma tersebut adalah milik organisasi pergerakan yang sama, yaitu Indonesia Moeda.Selain Suparma yang mengelola media tersebut, tokoh-tokoh lain pun ikut terlibat dalam pengurusan Indonesia Moeda, seperti , Abdulrahman Saleh, Ani Idrus, Mohammad Yamin,Amir Hamzah dll.
Saat Jepang memikiki misi merebut Indonesia dari Belanda, Suparma ikut terlibat bergerak dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dengan laskar perjuangan bawah tanah.
Ia juga bergabung di Partai Komunis Indonesia (PKI). Berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang dikutip dari tirto.id, dibentuk MPRS terdiri dari anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan beberapa golongan, salah satunya dari unsur PKI.
Ia pun jadi anggota MPRS turut diberikan tugas dan ikut dalam rombongan berkunjung ke Tiongkok pada September 1965. Namun, setelah kejadian G30S, ia tidak bisa untuk pulang karena adanya pembersihan besar-besaran pada anggota dan Simpatisan PKI.
Ia ditahan selama 12 tahun dj cina. Lalu pada tahun 1978 pindah ke Eropa mendapst suaka dari politik dari pemerintah Belanda. Suparma memang aktif di berbagai kegiatan sosial di Belanda. Untuk kembali ke Nusantara ia masih belum berani, sejak terjadinya G30S rezim Sukarno mengalami keruntuhan yang dilanjutkan orde Baru dibawah pimpinan Soeharto, yang mana Soeharto sangat anti Komunis.
Di sisi lain adanya keberuntungan bagi Suparma karena tidak jadi target penangkapan seperti partai Komunis lainnya disana. Namun, ia harus rela menahan kerinduannya pada Indonesia. Sampai ia mengakhiri hidupnya di Amsterdam, 31 Desember 1996.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.