Beranda Sunda Wiwitan: Warisan Kepercayaan Leluhur dari Tanah Sunda
ADVERTISEMENT

Sunda Wiwitan: Warisan Kepercayaan Leluhur dari Tanah Sunda

1 minggu yang lalu - waktu baca 3 menit
Sunda Wiwitan: Warisan Kepercayaan Leluhur dari Tanah Sunda. (Source: pixabay/@panjiarista)

Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan asli masyarakat Sunda yang lahir dan berkembang jauh sebelum masuknya agama‑agama besar seperti Hindu, Islam, maupun Kristen di Nusantara. 

Berakar dari tradisi leluhur suku Sunda di Jawa Barat dan Banten, Sunda Wiwitan mengajarkan nilai-nilai spiritual, moral, serta harmoni dengan alam. Kepercayaan ini dipercaya sebagai warisan budaya yang autentik, serta menjadi bagian identitas spiritual masyarakat Sunda di Tanah Pasundan.

Dengan struktur kosmologi unik yang terdiri dari Buana Nyungcung, Buana Panca Tengah, dan Buana Larang, di mana Sunda Wiwitan menempatkan Sang Hyang Kersa atau Nu Ngersakeun sebagai entitas Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber segala kehidupan. 

Pada praktik sehari-hari, ajarannya diterapkan melalui ritual seperti meditasi, pantun kidung, serta perayaan adat seperti Seren Taun. Perayaan adat yang dilakukan itu, menjadi bentuk pengungkapan penganutnya, sebagai rasa syukur terhadap alam atas hasil panen yang didapatkannya.

Dilansir infogarut dari ANTARA News, Sunda Wiwitan adalah aliran kepercayaan lokal yang lahir di Tanah Pasundan. Kepercayaan ini menjadi agama yang dipercayai oleh masyarakat tanah sunda, jauh sebelum agama-agama besar masuk ke Nusantara. 

Kepercayaan ini tidak sekadar sistem spiritual, melainkan juga panduan moral hidup yang diteruskan secara turun-temurun melalui komunitas adat seperti Kanekes di Banten dan Cigugur di Kuningan.

Baca Juga: Sunda Empire: Sejarah Fiksi atau Gerakan Serius?

1. Konsep Ketuhanan dan Kosmologi

Dalam kosmologinya, Sunda Wiwitan mempercayai bahwa alam semesta ini terbagi menjadi tiga lapisan:

  • Buana Nyungcung

Lapisan alam ini menjadi tingkatan paling tinggi, sebagai tempat keagungan bagi Tuhan Sang Hyang Kersa.

  • Buana Panca Tengah

Ini merupakan alam manusia dan makhluk hidup yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya

  • Buana Larang

Lapisan alam paling bawah, merupakan alam neraka. Tuhan yang merupakan Maha Pencipta yang mengendalikan seluruh alam semesta. Disebut juga sebagai Sang Hyang Kersa atau juga Nu Ngersakeun.

2. Ajaran Moral dan Nilai Kehidupan

Filosofi Cara Ciri Manusia dan Cara Ciri Bangsa menjadi pedoman hidup penganutnya, meliputi prinsip dasar seperti welas asih, tata krama, budi bahasa, dan sikap bijak dalam bertindak. Selain itu, ada pantang larang sederhana: tidak menyakiti orang lain atau diri sendiri.

Baca Juga: Bahasa Sunda Jadi Warisan Budaya yang Berpotensi Mendunia

3. Pelestarian Budaya (Tradisi, Ritual dan Tempat Suci) sebagai Identitas Sunda

Praktik keagamaan dilaksanakan dengan pantun, kidung, dan tarian. Ritual penting seperti Seren Taun digelar sebagai bentuk syukur atas panen di berbagai komunitas Sunda Wiwitan, misalnya di Kanekes, Cigugur, dan Kampung Naga. 

Tempat suci seperti kabuyutan atau punden berundak digunakan untuk penghormatan kepada arwah leluhur dan kekuatan spiritual.

Sunda Wiwitan bukan hanya dianggap sebagai keimanan yang mereka percayai saja, melainkan juga menjadi pusaka budaya sebagai identitas masyarakat Sunda. Meski banyak orang Sunda memeluk agama diakui saat ini, nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, gotong royong, serta rasa hormat terhadap alam, tetapi juga diwariskan melalui tradisi dan adat kebudayaan masyarakat Sunda.

4. Tantangan dan Pengakuan Hukum

Meskipun kepercayaan ini eksis sejak lama, penganut Sunda Wiwitan menghadapi stigma dan diskriminasi, termasuk kesulitan mencantumkan kolom agama di KTP. Beberapa situs pamunjungan bahkan pernah disegel oleh aparat karena dianggap bertentangan dengan aturan IMB, meskipun diklaim murni sebagai makam leluhur. 

Adapun Undang-Undang Administrasi Kependudukan dan Putusan Mahkamah Konstitusi, juga telah membuka jalan bagi pengakuan formal bagi penganut kepercayaan lokal.

Sebagai salah satu kepercayaan tertua di Nusantara, Sunda Wiwitan menjadi simbol keteguhan identitas budaya dan spiritual masyarakat Sunda. 

Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, pelestarian nilai-nilai luhur Sunda Wiwitan menjadi penting untuk menjaga warisan leluhur sekaligus memperkaya khazanah kepercayaan lokal Indonesia yang beragam.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.