Brain Rot : Adaptasi, Bukan Kerusakan
Seringkali Istilah Brain Rot dikaitkan dengan kerusakan otak. Namun, bukan demikian, justru itu bentuk adaptasi sebagai alat bantu di kehidupan sehari-hari.
Brain Rot adalah istilah yang sering digunakan dalam konteks budaya internet. Kata dari Brain Rot ini memiliki arti "Pembusukan Otak". Namun sebetulnya arti dari pembusukan otak tersebut tidak seperti apa yang menggambarkan otak secara literal. Tapi kondisi dari mental dan intelektual manusia dari akibat media sosial tersebut.
Seperti konten yang baru-baru ini sering kita lihat semacam video pendek, tulisan, atau foto yang masuk dalam kategori receh. Konten tersebut bertujuan untuk menghibur namun konten yang tersebar tersebut tidak secara jelas makna nya.
Contohnya konten animasi yang menarik perhatian anak-anak yaitu (Ballerina Cappucino) dan (Tung"9kali sahur). P6ada kedua konten tersebut tidak ada maksud yang jelas apa yang jadi tujuannya.
Hal ini sehingga membuat orang yang menontonya secara tidak langsung terus menerus menatap layar HP/atau TV untuk sekedar menghabiskan konten animasi tersebut yang tak tahu maksud artinya.
Baca juga: Skena Esports Profesional Indonesia: Perlu Kedisiplinan dan Attitude Baik
Durasi dalam menatap layar scara berlebihan akan berdampsk negatif pada diri, termasuk pada otak. Seperti kapasitas pembelajaran, memori, sampai menurunkan kognitif sejak dini. Sehingga istilah tersebut diartikan sebagai Brain Rot. (Laurie Ann Manwell dan kolega dalam International Journal of Mental Health and Addiction 2021. Dilansir dari Tirto.id).
Namun berbeda dengan laporan "Technology may change cognition without necessarily harming it" ditulis Lorenzo Cecutti dan kolega di Nature Human Behavior (2011). Mengungkapkan jika efek negatif dari teknologi memang ada, namun tidak selamanya akan merusak otak secara jangka panjang.
Perubahan tersebut hanyalah bentuk adaptasi dari perubahan yang sebelumnya kita mengakses segala informasi cukup susah, sekarang adanya internet atau media sosial informasi didapat dengan mudah.
Penulis, Cecutti juga mengungkap jika pada penelitian yang membahas Brain Rot sebabkan lemahnya ingatan, itu merupakan penelitian yang bias terhadap resistansi teknologi.
Seperti saat ini kehadirannya Google atau AI dapat membantu kita dalam menjawab semua pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kamu mendapat pertanyaan yang sulit dan cukup penasaran tidak tahu jawabannya, pasti kamu akan mulai memikirkan kata di Google untuk mencarinya. Dan yang menyebabkan melemahkannya ingatan, ketika mereka tahu kalau informasi tersebut bisa dicari kembali ke halaman Google. Namun akan sangat diingat dimana informasi tersebut didapatkan.
Maka dari itu, seseorang secara tidak sadar telah menggunakan teknologi pada kehidupan sehari-hari nya, yang cukup ketergantungan. Namun, dapat ditarik kesimpulan juga bahwa teknologi tidak sepenuhnya membuat kerusakan otak seperti halnya mudah lupa. Kehadirannya teknologi justru mengubah cara pandang seseorang dengan tetap bisa mempertahankan daya ingat dengan cara yang berbeda.
Baca juga: Sudah Tahukah Kamu 5 Fakta Unik Tentang Mata
Ini bisa dianalogikan kehadirannya kalkulator. Saat itu orang menyebutkan kehadiran kalkulator akan menyebabkan lemahnya daya otak seseorang. Tapi sebetulnya kehadirannya kalkulator sebagai bentuk alat bantu diera kemajuan sekarang untuk perhitungan yang diluar kemampuan umum pada manusia. Bisa disebut sebagai adaptasi dari tradisional ke modern untuk memudahkan kehidupan sehari-hari.
Jadi, efek dari Brain Rot hanya bersifat sementara, itu terjadi ketika kesediannya internet atau teknologi, dengan pengguna internet yang memang betul tidak sehat. Karena Fakta nya, saat teknologi belum ada orang-orang masih dapat mengingat informasi dengan baik. Kehilangan ingatan tidak, namun kesediaan alat bantu yang sekarang untuk memudahkan adalah pilihannya.
Perlu diingat bahwa hal ini dilihat bagaimana seseorang menggunakan internet atau media sosialnya dengan baik. Hal yang membuat turunnya kualitas kognitif justru pada kecemasan yang berlebihanlah pada seseorang.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.