Beranda Mengungkap Sejarah Asal-Usul Orang Sunda, Antara Sunda Wiwitan dan Migrasi Austronesia
ADVERTISEMENT

Mengungkap Sejarah Asal-Usul Orang Sunda, Antara Sunda Wiwitan dan Migrasi Austronesia

14 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Mengungkap Sejarah Asal-Usul Orang Sunda, Antara Sunda Wiwitan dan Migrasi Austronesia. (Source: Pixabay/@hugsuarter)

Memahami asal-usul orang Sunda dan sejarahnya membutuhkan pendekatan yang terbuka, baik dari narasi kepercayaan kuno maupun yang berdasar pada bukti historis dan genetika. 

Asal-usul orang Sunda dan sejarah mereka merupakan topik yang menarik sekaligus kompleks. Di satu sisi, terdapat narasi tradisional yang berkaitan dengan kepercayaan kuno seperti Sunda Wiwitan yang menunjukkan bahwa masyarakat Sunda sejak lama telah tinggal dan beradaptasi dengan alam di Tatar Sunda.

Sebaliknya, bukti ilmiah dan arkeologi menawarkan versi lain-yang berbasis migrasi Austronesia dan pengaruh budaya Hindu-Buddha serta Islam. Kata kunci asal-usul orang Sunda dan sejarah menjadi penting untuk memahami bagaimana identitas Sunda terbentuk dalam berbagai lapisan waktu.

Dilansir dari laman INISUMEDANG, terdapat dua versi utama yang memaparkan mana kata Sunda. Pertama, bahwa istilah Sunda berasal dari nama kepercayaan atau wilayah kuno yang kemudian diadopsi sebagai identitas etnis. Kedua, bahwa nenek-moyang orang Sunda masuk ke Jawa Barat lewat migrasi dan pengaruh budaya luar. 

Disebutkan dalam iteratur lain yang menunjukkan bahwa orang Sunda termasuk kelompok Austronesia yang berpindah ke Jawa antara 1500 SM hingga 1000 SM, dan kemudian mengalami akulturasi budaya Hindu-Buddha serta Islam. 

Baca Juga: 5 Contoh Sajak Sunda yang Bisa Jadi Inspirasi

Kepercayaan Kuno dan Identitas Sunda

Salah satu versi menyatakan bahwa istilah Sunda awalnya bukanlah nama suku atau etnis secara spesifik, melainkan lebih berkaitan dengan kepercayaan kuno seperti Sunda Wiwitan yang dianut oleh masyarakat sebelum masuknya Hindu dan Islam. 

Dalam kepercayaan ini juga disebutkan bahwa masyarakat seperti suku Baduy (Kanekes) masih mempertahankan kepercayaan tersebut sampai hari ini, menunjukkan suatu kesinambungan budaya yang sangat tua. 

Kepercayaan ini menekankan bahwa identitas Sunda lahir dari adaptasi manusia terhadap lingkungan alam serta sistem kepercayaan lokal yang telah lama ada.

Masyarat Sunda Berasal dari Orang-orang yang Migrasi

Di sisi lain, riset etnografi dan genetika menunjukkan bahwa orang Sunda berasal dari rumpun bangsa Austronesia yang mungkin bermigrasi melalui Taiwan, Filipina, dan kemudian menerobos ke Jawa Barat antara 1500 SM hingga 1000 SM. 

Selain itu, secara etimologi, kata Sunda serupa dengan salah satu kata Sanskerta, yakni Sundara yang bermakna “indah” atau “bersih”, menunjukkan bahwa istilah tersebut mulai digunakan dalam konteks lebih luas sebagai identitas wilayah dan masyarakat. 

Dengan demikian, berdasarkan kepercayaan kedua yang dibuktikan secara ilmiah ini menekankan pendekatan lebih historis dan arkeologis terhadap asal-usul orang Sunda.

Baca Juga: Tradisi Kawih Sebagai Sastra Sunda yang Menyuarakan Kedekatan Manusia dengan Alam

Relevansi Kedua Versi dalam Konteks Sejarah

Meskipun kedua versi tampak berbeda, keduanya memiliki relevansi dalam memahami sejarah orang Sunda secara holistik. Versi kepercayaan kuno menekankan akar budaya lokal dan hubungan manusia dengan alam serta spiritualitas, sementara versi migrasi dan bukti sejarah memberikan kerangka yang lebih luas tentang bagaimana identitas Sunda terbentuk melalui interaksi dengan arus migrasi dan pengaruh eksternal. 

Menurut ensiklopedia Britannica, orang Sunda adalah kelompok masyarakat utama di Jawa Barat yang muncul secara historis dalam kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Tarumanagara dan kemudian daerah Pajajaran. Kombinasi keduanya membantu menggambarkan bagaimana identitas orang Sunda tumbuh dan tetap bertahan hingga kini.

Dengan menggabungkan kedua perspektif tersebut, kita bisa memperoleh pemahaman yang lebih kaya tentang bagaimana orang Sunda membentuk identitas mereka di Tatar Sunda dan Indonesia.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.