Beranda Alarm Darurat Sosial: Bupati Garut Soroti 6.000 Kasus Perceraian Hingga September 2025
ADVERTISEMENT

Alarm Darurat Sosial: Bupati Garut Soroti 6.000 Kasus Perceraian Hingga September 2025

3 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Alarm Darurat Sosial: Bupati Garut Soroti 6.000 Kasus Perceraian Hingga September 2025

Garut, Infogarut - Fenomena tingginya angka perceraian di Kabupaten Garut kembali memicu keprihatinan serius dari pemerintah daerah. Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, mengungkapkan kekhawatiran mendalamnya atas lonjakan kasus yang telah menembus angka 6.000 gugatan sepanjang tahun 2025 hingga bulan September. Angka ini secara tidak langsung menempatkan Garut sebagai salah satu daerah dengan tingkat perceraian tertinggi di Jawa Barat.

Pernyataan tersebut disampaikan Bupati Syakur saat berdialog dengan perwakilan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai universitas se-Kabupaten Garut, dalam sebuah pertemuan yang digelar di Ruang Rapat Pamengkang pada hari Selasa (7/10/2025).

Baca Juga: Jaga Kualitas Personel, Sidokkes Polres Garut Audit Higienitas dan Standar Gizi Makanan

Indikator Masalah Sosial yang "Membatu"

Dalam sorotannya, Syakur menyebut maraknya kasus perpisahan rumah tangga ini bukan sekadar masalah privat, melainkan cerminan dari kompleksitas persoalan sosial yang sudah mengakar di tengah masyarakat. Ia menegaskan, tingginya angka perceraian mengindikasikan adanya isu-isu mendasar seperti lemahnya ketahanan keluarga, tekanan faktor ekonomi, hingga pergeseran nilai-nilai sosial yang luput dari perhatian.

"Masalah Garut ini sudah ‘membatu’ dan tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah saja," tegas Syakur. "Ini adalah persoalan pelik yang tak bisa dianggap remeh. Kita butuh komunikasi dan kolaborasi yang solid dari semua pihak," imbuhnya, menekankan bahwa kondisi ini adalah alarm sosial bagi wilayah tersebut.

Dengan 6.000 kasus dalam sembilan bulan, data ini menunjukkan bahwa rata-rata ada lebih dari 20 pasangan berpisah setiap harinya di Garut selama tahun 2025. Angka yang mengkhawatirkan ini menjadi penanda bahwa ketahanan unit terkecil masyarakat, yaitu keluarga, sedang menghadapi ujian berat.

Ajak Mahasiswa Jadi Garda Terdepan Solusi

Menyadari bahwa pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, Bupati Syakur secara khusus mengajak generasi muda, terutama para mahasiswa, untuk berperan aktif dalam mencari jalan keluar atas krisis sosial ini.

Di hadapan para pemimpin mahasiswa, Syakur meyakini bahwa kaum intelektual muda memiliki idealisme, kecanggihan berpikir, dan tanggung jawab moral sebagai calon pemimpin masa depan.

"Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Anak muda harus berani memberi perspektif baru. Kita butuh gagasan dan energi segar dari kalian semua," ujar Syakur, mendorong mahasiswa untuk menggunakan potensi mereka dalam merumuskan solusi strategis lintas sektor.

Baca Juga: 

Perlu Strategi Lintas Sektor

Bupati Syakur menekankan bahwa langkah strategis untuk menekan laju perceraian harus melibatkan kerja sama lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah, lembaga pendidikan (kampus), hingga peran aktif masyarakat itu sendiri.

"Kalau dibiarkan, ini akan jadi lingkaran masalah yang merusak. Perceraian bukan sekadar urusan dua orang, tapi memiliki imbas serius ke anak-anak, kondisi ekonomi, dan pada akhirnya, masa depan Garut," pungkasnya, menutup pertemuan sekaligus menandai pentingnya sinergi untuk memperkuat pondasi sosial dan ketahanan keluarga di Garut.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.