Beranda Menyusuri Daya Tarik Gunung Kendang: Pembatas Dua Daerah, Garut dan Bandung
ADVERTISEMENT

Menyusuri Daya Tarik Gunung Kendang: Pembatas Dua Daerah, Garut dan Bandung

1 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Menyusuri Daya Tarik Gunung Kendang: Pembatas Dua Daerah, Garut dan Bandung. (Source: Instagram/@travelspromo)

Gunung Kendang lebih dari sekadar punggung alam. Ia adalah titik pertemuan dua kabupaten, Bandung dan Garut, sekaligus pembatas alami ekosistem dan daerah aliran sungai (DAS). 

Di antara megahnya deretan pegunungan Jawa Barat, Gunung Kendang muncul sebagai salah satu gunung unik yang menyimpan daya tarik tak terduga. Gunung ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, gunung ini bukan hanya sekadar titik tinggi di lanskap Bandung Raya, melainkan juga menyimpan peran penting secara ekologis, hidrologis, dan budaya. 

Gunung Kendang berdiri sebagai gunung berapi stratovolkano yang berada di perbatasan Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Beberapa catatan menyebutkan bahwa ketinggiannya berkisar 2.608 m di atas permukaan laut. Sebagai perbatasan, gunung ini secara alamiah membagi dua daerah administratif, sekaligus menjadi batas ekosistem dan hidrologis antara Bandung dan Garut.

Gunung Kendang berada dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan. Vegetasi di sini cukup rapat dan jalur pendakiannya dikategorikan sedang. Waktu normal pendakian hingga puncak adalah sekitar 8 jam. 

Baca Juga: Menjelajahi Pesona Gunung Karacak: Hutan Pinus yang Menawan, Jadi Surga Tersembunyi di Garut

Punggung lereng Gunung Kendang memanjang dari utara ke selatan dan bertindak sebagai batas alami bagi empat DAS (Daerah Aliran Sungai) utama: Citarum, Cimanuk, Cikandang, dan Cilaki.  

Lereng timur gunung menyumbang hulu bagi DAS Cimanuk, sedangkan lereng selatan–barat turut kepada aliran menuju Cilaki dan Cikandang. Dengan demikian, Gunung Kendang memiliki peran kritis dalam menjaga keseimbangan hidrologi dan ketersediaan air bagi wilayah di sekitarnya.

Menariknya, lahan perkebunan teh mendominasi di sekitar kaki gunung. Titik awal pendakian umumnya dimulai dari Desa Neglawangi, Kecamatan Kertasari, dengan elevasi sekitar 1.792 m. Jejak jalan setapak di zona perkebunan kadang samar karena tertutup vegetasi dan pohon tumbang, terutama sebelum memasuki hutan konservasi. 

Jalur awal melalui area perkebunan hanya cukup untuk satu orang, sehingga arus pertemuan pendaki menjadi sulit. Pos 2 biasanya dicapai dalam waktu sekitar 2,5 jam dari start. Dari Pos 2 menuju puncak, pendaki melewati punggungan dengan jurang di sisi kiri atau kanan, tergantung lintasan. Di titik tertentu, Gunung Papandayan terlihat di sisi selatan. 

Di antara kedua puncak Gunung Kendang terdapat dataran sabana yang disebut Tegalan yang mirip miniatur savana. Luasnya kira-kira dua kali lapangan bola. Jenis vegetasi yang tumbuh antara lain: paku-pakuan, anggrek, kantung semar, dan cantigi atau tanaman khas lokal. 

Gunung Kendang memiliki dua puncak dengan ketinggian hampir sama. Puncak 1, menurut laporan, berada pada 2.647 m dan dapat dicapai dalam 1,5 jam dari Pos 2. Karena banyak pepohonan di puncak, pandangan panorama langsung ke luar sangat terbatas. 

Baca Juga: Leuweung Sancang Garut: Hutan Legendaris Penuh Misteri yang Menyimpan Beribu Keindahan

Gunung Kendang juga dikenal memiliki aktivitas geologi seperti sublimasi sulfur, letupan lumpur panas, serta mata air panas. Kawah Manuk, salah satu area fumarol di gunung ini, memiliki luas sekitar 2,75 km². 

Sepanjang perjalanan, para pendaki dapat menikmati lanskap kebun teh nan hijau, serta peluang untuk berkemah di area-area yang relatif lapang. Jika cuaca mendukung, dengan adanya kabut yang menjadi lautan awan bisa muncul, menambah kesan dramatis pada panorama puncak. 

Di balik eksistensinya sebagai gunung tertinggi di Bandung Raya, Gunung Kendang relatif kurang dikenal dan jarang ditelusuri pendaki. Jalur setapak kerap tertutup tanaman liar, dan banyak bagian yang belum dibuka atau rapi. Beberapa laporan menyebut bahwa izin pendakian biasanya dilakukan melalui Kepala Desa Neglawangi, dan biaya masuk sering bersifat sukarela. 

Ada cerita rakyat yang berkembang di masyarakat sekitar bahwa disebabkan suatu peristiwa purba, setiap malam Selasa dan Jumat Kliwon, terdengar suara gamelan atau wayang digelar di dalam gunung. Meski sifatnya mistis, mitos ini menambah aura magis di balik keindahan alam Gunung Kendang.

Meski belum populer seperti Papandayan atau Cikuray, Gunung Kendang menawarkan pesona tersembunyi dan peluang eksplorasi yang masih luas. Ia cocok menjadi destinasi bagi pendaki yang mencari keheningan, tantangan, dan pengalaman alam yang belum tersentuh.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.