Mengenal Wiwik Kelabu, SI Pencuri Sarang Burung Lain yang Unik
Burung Wiwik Kelabu bukan sekadar spesies biasa; ia adalah burung dengan strategi hidup yang unik dan menarik yakni sebagai burung pencuri sarang lain.
Burung Wiwik Kelabu sering disebut dalam berbagai literatur sebagai salah satu spesies yang punya perilaku unik dalam dunia burung, yakni sebagai burung pencuri sarang lain yang mengandalkan sarang burung lain untuk berkembang biak. Perilaku semacam ini sangat menarik dari sisi ekologi karena menunjukkan adaptasi yang kompleks dan sekaligus menimbulkan mitos-di masyarakat.
Memahami Wiwik Kelabu tak hanya penting untuk pengamat burung atau pecinta alam, tetapi juga bagi siapa pun yang tertarik dengan keanekaragaman hayati dan strategi bertahan hidup makhluk hidup, karena perilakunya yang selalu menitipkan telur di sarang burung lain (brood parasitism) adalah salah satu bentuk kreativitas alam yang menantang norma umum.
Wiwik Kelabu memiliki nama ilmiah Cacomantis merulinus dan termasuk ke dalam famili Cuculidae. Spesies burung ini memiliki beberapa karakteristik utama, sebagaimana yang disebutkan dalam laman Good News From Indonesia, seperti:
-
Warnanya yang sangat umum di mana bulu tubuh atas berwarna kelabu, bagian punggung dan ekor berwarna coklat atau sawo matang, bagian perut berwarna kuning dan warna jingga pada burung dewasa.
-
Lebih sering terdengar suaranya daripada terlihat fisiknya karena sifatnya agak penyendiri dan sering bertengger dalam tajuk pohon rimbun, sehingga tidak terlihat dengan jelas.
-
Habitatnya cukup fleksibel seperti di sekitar hutan terbuka, hutan sekunder, tepi lahan garapan, bahkan di kawasan pemukiman desa atau kota.
Baca Juga: Kenapa Hiu Paus Sering Terdampar di Indonesia? Simak Penjelasannya
Keunikan Burung Wiwik Kelabu
Salah satu aspek paling menarik dari Wiwik Kelabu adalah kebiasaan menitipkan telur ke sarang burung lain. Dengan kata lain, Wiwik Kelabu merupakan burung dengan strategi brood parasitism, sebuah perilaku di mana spesies tidak membangun atau merawat sarangnya sendiri, tetapi memanfaatkan sarang dan induk dari spesies lain untuk mengerami dan membesarkan anaknya.
Wiwik Kelabu mencari sarang burung berupa inang yang biasanya lebih kecil dari dirinya, seperti burung perenjak, cipoh kacat, atau burung lain dalam komunitas tersebut. Setelah menemukan sarang yang tepat, Wiwik Kelabu akan menitipkan telurnya ke sarang tersebut saat induk inang sedang absen atau kurang waspada.
Telur Wiwik akan menetas, dan anaknya kemudian tumbuh di sarang yang bukan sarangnya sendiri, bahkan dalam beberapa kasus menyingkirkan telur atau anak burung inang agar memperoleh sumber daya lebih banyak.
Dengan demikian, Wiwik Kelabu dapat menghindari beban merawat anak dan membangun sarang sendiri. Strategi ini memungkinkan sebagai langkah efisiensi ketika berkembang biak dan bertahan hidup dalam kondisi tertentu.
Baca Juga: Berapa Jumlah Emas di Bumi dan Sisa yang Masih Belum Ditambang
Mitos Bunyi Suara Burung Wiwik Kelabu
Suaranya yang khas sering terdengar tapi burungnya jarang terlihat, seingga menimbulkan mitos di kalangan masyarakat. Banyak yang percaya bahwa suara Wiwik Kelabu menjadi pertanda kematian atau teluh.
Namun para ahli menjelaskan bahwa mitos tersebut tidak berdasar. Suara jantan Wiwik Kelabu sebenarnya digunakan untuk mencari pasangan, bukan sebagai pertanda petaka.
Dengan demikian, penting untuk memahami bahwa perilaku dan keberadaan Wiwik Kelabu lebih banyak dikaitkan dengan ekologi dan adaptasi daripada kutukan atau ramalan-mistis.
Hilangnya habitat alami akibat pembukaan lahan, urbanisasi, atau alih fungsi hutan yang menyebabkan penurunan populasi burung inang atau gangguan pada rantai ekologi yang mendukung strategi brood parasitism Wiwik Kelabu.
Minimnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keanekaragaman hayati dan perilaku unik spesies seperti Wiwik Kelabu, termasuk mitos yang tidak benar yang dapat mempengaruhi persepsi terhadap burung ini.
Dengan memahami perilaku spesies burung Wiwik Kelabu, kita bukan hanya menyaksikan keanekaragaman alam Indonesia, tetapi juga belajar tentang adaptasi dan hubungan antar-spesies dalam ekosistem.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.