Film Merah Putih: One For All Tuai Kritik: Anggaran Besar, Hasil Tak Memuaskan
Film animasi Merah Putih: One For All yang mulai tayang di bioskop pada tanggal 14 Agustus 2025 mendapatkan perhatian besar dari masyarakat. Walaupun mengangkat tema tentang nasionalisme dan persatuan, kualitas visual dan narasi dianggap tidak sebanding dengan jumlah dana produksi yang dilaporkan mencapai miliaran rupiah.
Baca Juga : PSSI Dukung Pameran Foto “90’ & BEYOND” Apresiasi Perjuangan Timnas Indonesia
Cerita film ini mengisahkan delapan anak dari beragam daerah di Indonesia yang berkumpul dalam "Tim Merah Putih" untuk menyelamatkan bendera pusaka yang hilang menjelang perayaan HUT Kemerdekaan.
Meskipun ide cerita ini dianggap memiliki potensi untuk memberikan inspirasi, hasil akhirnya tidak memenuhi harapan penonton.
Sejak trailer dirilis, berbagai kritik mulai bermunculan. Animasi dipandang kaku, ekspresi karakter kurang, dan beberapa adegan terlihat seperti menggunakan aset visual generik dari luar. Masyarakat juga merasa bahwa transisi antaradegan tidak berjalan mulus dan detail lingkungan tidak dikerjakan dengan baik.
Perbandingan dengan film animasi lokal sebelumnya, Jumbo, semakin menonjolkan perbedaan kualitas yang jelas.
Beberapa analis industri menekankan bahwa dengan dana yang besar, film seharusnya dapat menyajikan animasi yang lebih halus, karakter yang lebih hidup, serta alur cerita yang lebih kuat. Kontroversi ini bahkan mengundang diskusi di kalangan legislatif, dengan tuntutan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses produksi dan standar mutu film animasi nasional.
Baca Juga : Piala Kemerdekaan Jadi Ujicoba Timnas Indonesia U-17 Jelang Piala Dunia
Daripada menjadi sumber kebanggaan menjelang peringatan kemerdekaan, Merah Putih: One For All justru menjadi contoh bagaimana pengelolaan anggaran besar tidak selalu berbanding lurus dengan hasil akhir. Kritik dari masyarakat menekankan bahwa tanpa perencanaan yang baik, pengawasan yang ketat, dan standar kreatif yang tinggi, proyek berskala nasional bisa menjadi simbol ambisi tanpa kualitas yang memadai.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.